![]()
"It does not do to dwell on dreams and forget to live."
Roti. Currently 14. Breathing beneath the Hufflepuff pennant. Socially awkward, can be blunt and sarcastic sometimes. Hugs and books keep me sane. Perfection are Harry Potter and Percy Jackson. twitter . tumblr
|
Posted on: Jul 26, 2012 @ 10:53 PM | 2 comment(s)
No Type of Sense
No. To say it short... saya sebenernya bingung mau ngepost apa di sini. Yang ada di benak saya sekarang cuma satu, menyampingkan fakta bahwa saya harus belajar: move on. Saya delapan bulan nunggu seseorang yang bener-bener spesial, oke ini lebay, tapi ya kenyataannya begitu. I'm not that kind of person who cries over my crush, saya jujur, because that's childish yet he's so precious to me. Jadi kesimpulannya adalah saya galau mau move on atau enggak. Apa, ya... sejak tahu kalau kita nggak sekelas (dan saya sedikit bersyukur karena itu artinya kesempatan move on saya terbuka selebar-lebarnya), saya udah nulis di jidat pakai spidol hitam permanen: kamu bisa. Bisa apa? Ya move on dong. Saya nggak sekelas sama dia, saya nggak perlu lagi ngelirik-ngelirik pas pelajaran, saya nggak mungkin pura-pura tidur buat ngeliatin dia yang duduk di serong kanan depan saya. Mungkin saya lebay, go judge me, tapi ya keadaannya emang begini. Padahal sebenernya bisa enggaknya move on itu cuma sugesti kita loh. Saya bisa aja move on dalam satu jam setelah genap nunggu delapan bulan kalau saya yakin saya mau. Kalau saya mau move on, saya pasti bisa move on. Kalau saya nggak mau move on, saya nggak bakalan bisa move on. Kalau dibikin pertanyaan nanti jadinya kayak gini: kenapa saya nggak bisa move on? Karena saya nggak mau! Saya bukannya mau terus-terusan mau nungguin dia sih ya, tapi untuk mau move on itu saya harus bikin diri saya beranggapan bahwa dia itu orang yang PHP sama saya. Dia orang yang bersalah karena udah bikin saya nunggu. Tapi nyatanya enggak. Yang salah saya karena saya (mewakili semua cewek) sering kegeeran, saya terlalu banyak berharap sama dia yang bahkan nggak suka sama saya. Dan saya nggak mungkin juga ngejudge dia gitu aja semata-mata demi move on, kan? Nah itu dia, saya harus belajar. Move on dari hati karena kita sayang dia, bukan benci dia.
|